Thursday, October 30, 2025

301025 Maybe a Final Closure

Hari ini, semua kanal komunikasi benar-benar tertutup. Tak ada pesan, tak ada panggilan, tak ada ruang tersisa untuk sekadar menyapa. Dia memilih untuk memblokir, memutus, dan menegaskan bahwa hubungan kami sudah selesai, kecuali jika aku menuruti syarat yang ia tetapkan.

Awalnya, ada getir yang menelusup di dada. Tapi setelah aku bernapas panjang, aku sadar: yang dia lakukan bukan tentang kehilangan cinta, melainkan tentang mengambil kendali. Bukan tentang “ingin selesai,” melainkan tentang ingin menang.

Aku menemuinya bukan untuk bertengkar, bukan juga untuk membela diri.
Aku hanya ingin memastikan satu hal, bahwa yang memutus silaturahmi kali ini memang dia, bukan aku. Dan segera setelah itu, aku pamit dengan tenang. Tanpa amarah, tanpa dendam, tanpa ingin membuktikan apa pun.

Di titik ini aku belajar, bahwa ketenangan bukanlah tanda kalah, tapi tanda pulih.
Bahwa mencintai bukan berarti terus bertahan dalam permainan luka. Bahwa menghormati diri sendiri jauh lebih penting daripada memohon untuk dimengerti.

Jika suatu hari dia sadar dan ingin bicara lagi, itu urusannya dengan hatinya.
Tapi tugasku kini hanyalah berhenti menaruh harap di tangan orang yang sibuk menimbang harga diriku.

Aku memilih diam, bukan karena tak peduli, tapi karena aku akhirnya memahami nilai dari ketenangan.

Aku tidak perlu membuktikan kesetiaanku pada seseorang yang sedang berperang dengan egonya sendiri. Aku hanya perlu membuktikan pada diriku bahwa aku bisa tetap berdiri, sekalipun semua pintu telah tertutup.

Hari ini bukan akhir, ini hanyalah hari di mana aku mulai benar-benar bebas dari siklus yang menuntutku untuk selalu salah, selalu kurang, selalu bersalah.

Hari ini aku tidak kehilangan siapa pun. Aku hanya melepaskan orang yang terus berusaha membuatku kehilangan diriku sendiri.

Tasikmalaya 301025


No comments: