Tuesday, January 02, 2007

Belajar dari Gempa di Taiwan

Belajar…! itulah mungkin kata yang paling tepat bagi kita dalam menghadapi krisis internet yang saat ini melanda negara kita. Krisis ini terjadi sebagai imbas dari goncangan gempa berkekuatan 7,1 SR yang melanda Taiwan hari Selasa (26/12) kemarin.


Terputusnya koneksi Internet telah menyebabkan sulitnya mengakses situs-situs luar negeri seperti Yahoo dan Google yang telah menjadi menu sehari-hari para pengguna Internet di Indonesia. Hal ini seharusnya menerbitkan kesadaran kita sebagai Bangsa Indonesia untuk segera membangun infrastruktur yang mandiri, sehingga pengguna internet kita tidak akan terlalu menggantungkan diri kepada situs yang berasal dari luar negeri. Infrastruktur tersebut adalah berupa ketersediaan sarana penunjang koneksi yang dimiliki murni oleh bangsa kita serta ketersediaan local content yang memadai yang disertai sebuah portal dan mesin pencari mendedikasikan dirinya khusus untuk mendata situs-situs dalam negeri.


Putusnya koneksi Internet Asia Pasifik di Taiwan yang berakibat terputusnya koneksi Jaringan komputer di Indonesia ke Jaringan Internet Internasional telah membuktikan bahwa bangsa kita masih sangat tergantung kepada infrastruktur komunikasi negara lain. Beberapa pakar telematika Indonesia menyebutkan bahwasannnya jaringan komputer kita merupakan bagian dari jaringan komputer Singapura. Mungkin ceritanya akan lain bila kita telah mempunyai backbone fiber optic tersendiri. Walau negara lain didera gempa sedahsyat apapun, kalau kita mempunyai backbone yang tangguh maka komunikasi kita dengan dunia luar pun tidak akan terhambat.

Fakta menyebutkan bahwa kebanyakan user Warnet di negeri ini banyak yang mengeluh karena tidak bisa mengakses situs kesayangan mereka yang kebanyakan berlokasi di luar negeri, sehingga mereka memilih untuk segera pergi dari warnet tersebut, daripada mencari solusi yang sebetulnya masih bisa diberikan oleh situs-situs lokal. Hal ini tentu saja akan berimplikasi dua arah bagi bangsa kita. Pertama, para perusahaan IT seharusnya terdorong untuk lebih memperbanyak local content yang bisa diakses secara umum dan gratis. Seperti e-mail gratis, layanan Instant Messenger, dan konten lainnya. Kedua, para user internet juga sudah seharusnya belajar untuk lebih menghargai hasil karya anak bangsa dengan cara menggunakan layanan-layanan yang telah disediakan oleh-situs-situs lokal. Apabila hal ini telah dilakukan niscaya kita tidak akan hanya duduk termenung ketika account e-mail Yahoo kita tidak bisa diakses, karena kita masih punya e-mail lokal made in Indonesia yang masih berjalan lancar.


Keberadaan portal dan mesin pencari lokal pun tak kalah pentingnya, karena dialah yang bisa menghubungkan para user dengan situs yang dikehendakinya. Saat ini sebenarnya telah ada ribuan situs lokal di negeri kita, namun dikarenakan kita belum mempunyai mesin pencari dan portal yang populer, keberadaan mereka sepertinya terkubur, dikarenakan situs pencari yang biasa digunakan para pengguna internet kita seperti Google dan Yahoo tidak dapat diakses.


Saya yakin apabila beberapa hal tersebut telah dapat dimiliki oleh bangsa kita, kejadian serupa tidah akan pernah terjadi lagi. Kita akan mampu berdiri sendiri tanpa tergantung lagi dengan infrastruktur negara lain seperti yang selama ini kita alami. Begitu pula dengan pola berfikir bangsa kita, secara intelektual kita tidak akan lagi tergantung pada sumber informasi yang berasal dari luar negeri, karena kita telah memiliki local content yang lengkap, sehingga kita akan lebih independen dalam bersikap. Begitupun apabila kita telah mempunyai sebuah mesin pencari yang handal, yang khusus mendedikasikan dirinya untuk mendata direktori situs di indonesia, bangsa kita tidak akan pernah lagi kelabakan ketika Google dan search engine lainnya lumpuh total.

No comments: