Kenapa Orang Suka Blokir–Buka Blokir?
Di permukaan, terlihat sepele: marah → blokir. Baikan → buka blokir.
Tapi di balik layar, ada banyak alasan:
-
Pelampiasan emosi – buat sebagian orang, memblokir itu kayak “tarik napas dulu” biar nggak makin meledak.
-
Ujian kecil – bagi yang lain, ini justru jadi cara mengukur: “Kamu panik nggak kalau aku hilang?”
-
Taktik manipulasi – pada orang dengan kecenderungan narsistik, ini bisa jadi strategi untuk mengontrol, bikin bingung, atau memastikan bahwa mereka masih dianggap penting.
Intinya, memblokir nggak selalu berarti putus hubungan. Kadang malah sebaliknya: itu cara mereka memastikan kamu masih ada buat mereka.
Fase-fase Drama Blokir–Buka Blokir
-
Fase Validasi (Blokir Pertama)
-
Aksi: blokir mendadak.
-
Motif: kecewa, marah, atau butuh perhatian.
-
Efek: nunggu reaksi target. Kalau kamu panik → misi mereka berhasil.
-
-
Fase Uji Coba (Buka Blokir)
-
Aksi: blokiran dibuka setelah jeda tertentu.
-
Motif: ingin tahu apakah hubungan masih bisa lanjut.
-
Hasil:
-
Kalau kamu respon hangat → mereka merasa menang.
-
Kalau kamu cuek → mereka mundur, tapi dengan ego yang terluka.
-
-
-
Fase Normalisasi
Kalau pola ini berulang, jadi kebiasaan:-
Emosional: target dipakai sebagai cermin ego.
-
Praktis: akses tetap terjaga untuk urusan sosial atau finansial.
-
Kontrol: terutama pada narsistik, ini jadi “senjata” buat bikin target bingung dan tergantung.
-
Perbedaan Pola Blokir oleh Orang “Normal” vs Narsistik
-
Non-narsistik (Normal)
-
Lebih impulsif, biasanya karena emosi sesaat.
-
Tujuannya ambil jeda, bukan manipulasi.
-
Setelah reda, hubungan bisa balik normal.
-
-
Narsistik (atau bahkan NPD)
-
Motif dalam-dalamnya: ego rapuh butuh validasi eksternal.
-
Pola: berulang, sistematis, bikin target terjebak dalam trauma bond.
-
Dampak: target jadi bingung, nggak stabil, susah melepaskan diri.
-
Kenapa Mereka Bisa Pergi Kalau Kamu Nggak Respon?
-
Non-narsistik: sadar bahwa mengejar malah menyakiti diri. Jadi, mereka memilih mundur.
-
Narsistik: merasa dihapus dari hidupmu. Ego mereka nggak tahan dengan penolakan. Akhirnya, mereka cari sumber validasi baru—tapi tetap simpan bayangan tentangmu di sudut pikirannya.
Jadi, Harus Gimana?
Kalau kamu jadi target blokir–buka blokir, ingat:
-
Itu bukan sekadar aksi digital, tapi strategi untuk dapat validasi.
-
Balas atau tidaknya respon kamu bisa menentukan jalannya siklus ini.
-
Kadang, tidak merespon justru cara terbaik buat keluar dari permainan mereka.
Kesimpulan Ringan
Blokir–buka blokir itu memang sering keliatan kayak drama receh di medsos. Tapi kalau ditelusuri, ada dinamika psikologis yang serius di baliknya. Buat sebagian orang, ini cuma ledakan emosi sementara. Tapi pada yang narsistik, ini bisa jadi senjata manipulasi. Jadi, lain kali kalau tiba-tiba diblokir, jangan buru-buru panik. Bisa jadi, itu cuma “tes kecil” untuk lihat apakah kamu masih rela bertahan di panggung drama mereka.
No comments:
Post a Comment