Saturday, December 06, 2025

BAB II : Dinamika Emosional Bersama Pasangan Narsistik / NPD

Banyak orang bertanya, “Kalau sudah tahu dia begitu… kenapa kamu masih tetap bertahan?”

Pertanyaan itu kedengarannya sederhana, tapi jawabannya tak sesederhana itu. Hidup bersama pasangan NPD (Narcissistic Personality Disorder) bukan hanya tentang logika tapi  ini adalah tentang perjalanan panjang yang menyentuh lapisan paling lembut sekaligus paling rapuh dalam diri kita.

Banyak dari kita tidak memulai hubungan ini karena bodoh, lemah, atau tidak punya pilihan. Justru sebaliknya. Kita memulai dengan hati yang besar, kemampuan mencinta yang dalam, dan kesiapan memberi lebih dari rata-rata manusia. Dan di sinilah dinamika emosional itu mulai terbentuk.

Awal yang Hangat: Ketika Segalanya Terasa “Benar”

Di awal hubungan, pasangan NPD bisa terasa seperti seseorang yang sudah lama kita cari. Mereka hadir dengan intensitas, perhatian, dan keterhubungan yang sulit dijelaskan. Rasanya seperti dunia menyatu, seperti ada chemistry yang tak pernah kita temukan di tempat lain. ✨

Sang survivor biasanya menggambarkannya begini:

“Pada fase awal, aku merasa dia melihatku lebih dalam daripada siapa pun sebelumnya. Aku merasa dipilih… dan itu membuatku percaya.”

Namun yang kita rasakan sebagai kedekatan itu, bagi mereka hanyalah bagian dari pola dinamika rasa mereka sendiri — bukan karena mereka memahami kita, tapi karena kita memberi sesuatu yang memenuhi kebutuhan mereka pada saat itu.

Dan begitulah lingkaran itu mulai terbentuk.

Pergantian Fase: Dari Hangat ke Dingin

Seiring waktu, hubungan mulai menunjukkan ritmenya: naik turun yang tidak selalu masuk akal. Ada hari-hari ketika pasangan NPD tampak sangat sayang, sangat butuh kita. Lalu tiba-tiba, hari berikutnya, mereka berubah: dingin, defensif, mudah tersinggung.

Perubahan itu bukan karena kita salah.
Perubahan itu bagian dari pola internal mereka yang terus bergerak.

Sebagai partner, kita sering mencoba mencari penjelasan:

  • “Apa aku kurang perhatian?”

  • “Apa aku terlalu sensitif?”

  • “Apa aku salah bicara?”

Padahal jawabannya bukan pada diri kita.
Kita hanya berdiri terlalu dekat dengan badai yang bukan kita ciptakan.

Ketika Luka Lama Ikut Bicara

Di banyak kasus, hubungan dengan pasangan NPD membuka kembali luka emosional lama yang dulu kita pikir sudah sembuh. Bukan karena pasangan sengaja melukai, tetapi karena dinamika mereka memicu bagian-bagian diri kita yang butuh diakui, diterima, atau divalidasi.

Inilah yang membuat hubungan ini mudah terasa begitu intens.
Ada bagian dari diri kita yang ingin menolong.
Ada bagian yang ingin dipahami.
Ada bagian yang berharap ia bisa berubah.

Dan di sanalah perasaan itu bercampur: cinta, kasihan, marah, bingung, bertahan, dan ingin pergi — semua hadir dalam satu ruang hati.

Ritme yang Membentuk Pola

Jika diperhatikan lebih dalam, hubungan dengan pasangan NPD sering berjalan seperti musim yang berganti:

  1. Idealization (Love Bombing)
    Mereka memberi perhatian besar, kedekatan, dan pujian. Kita merasa dicintai — bahkan disembah.

  2. Devaluation
    Tiba-tiba mereka mulai mengkritik, meremehkan, atau menjauh. Kita merasa bingung.

  3. Withdrawal
    Mereka menarik diri, pergi, atau menghilang secara emosional.

  4. Hoovering
    Begitu kita mulai tenang, mereka kembali dengan hangatnya. Siklus pun berulang.

Siklus inilah yang sering membuat survivor merasa terikat — bukan hanya oleh cinta, tetapi juga oleh ketidakpastian yang membuat otak dan hati terus berharap.

Apa yang Terjadi Dalam Diri Kita?

Inilah bagian yang jarang dibahas:

Hubungan seperti ini memicu reaksi kimia tertentu di dalam tubuh:

  • dopamin (hadiah dari perhatian mereka),

  • oksitosin (kedekatan emosional dan sentuhan),

  • dan kortisol (stres dari roller coaster emosi),

Semua itu menciptakan lingkaran ketergantungan yang sangat kuat yang disebut Trauma Bonding yang sulit untuk dilepaskan.

Kita merasa terseret ke dalam dinamika yang padat emosi — bukan karena kita lemah, tetapi karena tubuh kita sendiri sedang mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Antara Cinta & Kesadaran

Di titik ini, banyak survivor mulai mengerti sesuatu yang lebih dalam:
cinta itu ada, tetapi luka juga ada.
kedekatan itu nyata, tapi rasa lelah juga nyata.
ingin bertahan itu wajar, ingin pergi juga wajar.

Kita belajar melihat pasangan bukan sebagai musuh, tetapi sebagai seseorang yang membawa beban psikologis yang mereka sendiri tidak mengerti. Namun, kita juga mulai sadar bahwa mencintai seseorang yang memiliki NPD membutuhkan pendekatan yang berbeda — pendekatan yang menjaga hati kita tetap utuh.

Dan inilah awal dari kedamaian:
ketika kita tidak lagi mencinta dengan buta,
tetapi mencinta dengan sadar.

No comments: